WAHANA || Jurnal Ilmiah Sains dan Ilmu Pendidikan
Volume 53 || Nomer 2 || Desember 2009 || ISSN: 0853-4403
Penerbit : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Penulis : Rony Haendra Rahwanto Fora
PDF
VERSI CETAK/ASLI
Abstrak
Dewasa ini, daerah pemakaian peralatan
kontrol suhu memiliki areal sangat luas, terutama di bidang industri, riset
maupun skala rumah tangga. Ada berbagai jenis peralatan kontrol suhu dan ada
berbagai kriteria yang diperlukan untuk merancang sebuah peralatan kontrol suhu
dari yang memiliki harga tinggi sampai rendah.
Dalam makalah ini, dibuat perancangan
relatif terjangkau dari segi harga untuk kalangan mahasiswa dan mudah didapat
di wilayah sekitarnya.
Hasil perancangan peralatan kontrol suhu
menghasilkan rentang waktu ON-OFF 1,5 jam, untuk perancangan ON-OFF control
action dengan suhu atas 70oC dan suhu bawah 40oC.
Kata kunci :
Aksi ON-OFF, rentang waktu.
PENDAHULUAN
Mahasiswa teknik, khususnya mahasiswa
teknik elektro mendapatkan mata kuliah yang membutuhkan penalaran yang tinggi
diantaranya kuliah sisitem kontrol, dimana untuk memahami materi kuliah
tersebut akan lebih mudah jika diterangkan melalui satu peralatan kontrol yang
bisa dipergunakan untuk membantu mahasiswa memahami materi mata kuliah sistem
kontrol.
Peralatan kontrol adalah alat bantu untuk
melengkapi materi kuliah sistem kontrol, namun untuk mendapatkan peralatan kontrol
ada beberapa kendala yang harus dihadapi.
Kendala yang pertama kali ditemui untuk
memperoleh peralatan sistem kontrol adalah harga yang cukup tinggi. Untuk
mengatasi kendala harga yang cukup tinggi maka dirancanglah peralatan kontrol
suhu berbasis koefisien muai panjang logam aluminium.
Kendala yang kedua adalah pemilihan jenis
peralatan kontrol, diantaranya bahan sensor.
Pemilihan bahan aluminium yang
dipergunakan sebagai sensor suhu adalah sifat aluminium yang lebih ringan
daripada besi namun lebih besar dari pada koefisien muai panjang besi.
Kendala ketiga yang dihadapi mahasiswa
selain harga adalah pemilihan jenis aksi kontrol yang dipakai pada peralatan
kontrol berbasis koefisien muai panjang, dimana jenis aksi kontrol
proporsional, proporsional integral, proporsional integral derivative yang
perancangannya semakin kompleks untuk tipe berbasis koefisien muai panjang ini,
sedangkan tipe yang paling sesuai untuk kontrol ini adalah ON-OFF.
Rumusan Masalah
Dengan mempertimbangkan kondisi harga pemilihan
bahan sensor dan pemilihan jenis aksi kontrol maka dirumuskan permasalahan
untuk mengadakan pemilihan penelitian.
– Perancangan alat kontrol suhu berbasis
koefisien muai panjang aluminium.
– Jenis aksi kontrol ON-OFF.
Tujuan
Tujuan utama ini adalah memberikan
pemahaman kepada mahasiswa atau masyarakat ilmiah tentang karakteristik dan
kegunaan mata kuliah sistem kontrol melalui pembelajaran perilaku peralatan
kontrol dengan salah satu contoh aksi kontrol yang dipilih adalah tipe ON-OFF
sekaligus cara merancang peralatan kontrolnya.
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian menggunakan perancangan dan pembuatan alat, metode experimental dan
analisis data system fisik dilanjutkan pembuatan blok diagram, blok matematika,
pembuatan matrik keadaan dan analisis kestabilan, keteramatan dan analisis
keterkendalian.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Teori Dasar
System kontrol adalah seperangkat
peralatan yang bekerja sesuai keinginan kita untuk mencapai dan mempertahankan
besaran yang kita inginkan. Suatu contoh sistem kontrol permukaan air 4 m, maka
peralatan kontrol akan membuat plant mencapai ketinggian air 4 m dan
mempertahankan kondisi tersebut (ketinggian 4 m). Ada satu variabel yang
menjadi perhatian adalah waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi 4 m (time setting).
Begitu pula jika yang kita inginkan
adalah suhu 70oC maka peralatan tersebut akan membuat plant mencapai 70oC dan
mempertahankan suhu tersebut. Kondisi tersebut dapat digambarkan secara blok diagram dalam bentuk
kanonik berikut ini (gambar 1).
Ganbar
1. Bentuk Kanonik
Input
berisi set point atau kondisi yang kita inginkan dalam hal ini suhu 70oC.
Signal set point akan menjadi referensi sinyal feed back yang dikeluarkan alat
ukur dan hasil penggabungan kedua signal ini akan menjadi masukan controller,
dimana controller akan mengatur plant sesuai sinyal masukan untuk dikondisikan
pada plant dan akan mengeluarkan sinyal keluaran sesuai yang kita inginkan
yaitu suhu 70oC. Keluaran 70oC biasanya tidak tercapai
begitusaja, terkadang 70oC , kurang dari 70oC, apapun
hasil output akan dibaca oleh alat ukur dan apapun angka yang diperoleh akan
dibandingkan dengan referensi selanjutnya sebagai bahan pertimbangan controller
untuk melakukan aksinya yaitu mempertahankan kondisi dimana output selalu
menunjukkan angka sesuai input yaitu 70oC.
Gambar
2. Aksi Kontrol ON – OFF
Pada
controller ON-OFF akan terjadi aksi ON-OFF yaitu saat suhu plant 70oC
maka saklar pemanas akan kondisi OFF sehingga pemanas tidak bekerja, sehingga
suhu akan turun hingga menunjukkan angka dibawah 70oC, saat suhu
dibawah suhu 70oC maka controller akan membuat ON pada pemanas
sehingga suhu menjadi naik lagi. Siklus terjadi saat suhu mencapai 70oC
maka saklar akan OFF lagi demikian hal ini akan berlangsung terus secara
otomatis, yang bisa dilihat pada gambar 2.
Pemodelan
Pemodelan adalah pembuatan dari sistim
fisik sehingga didapat gambaran dan sistim yang sebenarnya. Pemoelan ini
bervariasi ragamnya dan harus memperhatikan variabel – variabel apakah yang
berpengaruh pada pemodelan tersebut. Kegunaan dari pemodelan adalah mempermudah
mempelajari suatu sistim yang nantinya sangat berguna untuk dalam pembahasan lebih
lanjut. Dalam menganalisis maupun merancang ulang kita banyak berkaitan dengan
pemodelan. Bentuk pemodelan itu sendiri bervariasi namun bentuk yang paling
sering digunakan adalah model matematik. Berbagai permasalah sering
diselesaikan dengan menggunakan model matematik.
Pada jurusan teknik Elektro, pembahasan
masalah ditekankan pada model matematik, Model matematik diperoleh dari sistim
fisik.
Sistim fisik secara umum dapat dibagi
dalam beberapa bentuk yang secara garis besar dapat ditunjukkan menurut
sifat-sifat yang dipunyainya maupun besaran-besaran yang mempengaruhinya.
Pembagian tersebut dapat ditunjukkan antara lain sebagai berikut :
– Sistim Mekanik
– Sistem Hidrolik
– Sistem Elektrik
– Sistem Pneumatik
Dari
keempat jenis sistim fisik tersebut semuanya dapat didekati dengan pembuatan
model matematik.
Pembuatan model matematik dari sistim
pengendalian mempunyai ciri khusus yang mempunyai bentuk umum ditandai dengan
munculnya gain konversi dan time constant.
Yang menjadi perhatian permodelan adalah
Gain Konversi dan Time Constant. Gain konversi adalah faktor pembanding signal
input dan output sedangkan time constan adalah waktu yang dibutuhkan selama
perjalanan signal input dan output sedangkan time constan adalah waktu yang
dibutuhkan selama perjalanan signal input sampai dengan signal output.
Gambar 1. Bentuk umum transfer function
Masing-masing
komponen yang membentuk sistim pengendalian dapat dibentuk secara umum menjadi
gambar yang tertera diatas.
Sistem pengendalian secara utuh adalah
variasi (gabungan) beberapa komponen tersebut. Gambaran permodelan sistem
pengendalian akan didapati pada bab-bab selanjutnya secara lebih jelas.
Keterangan gambar 1 adalah dapat dijelaskan sebagai berikut :
– G = gain konversi
– t =
time konstan
– S = simbol fungsi laplace
Teori Ruang
Keadaan
Teori ruang keadaan adalah suatu teori
yang menjelaskan sistim pengendalian dengan menggunakan variabel-variabel
keadaan sebagai komponen yang bisa mewakili sistim pengendalian . Pengambilan
variabel-variabel keadaan adalah sangat bervariasi sesuai dengan kebutuhan
dalam analisis. Teori ruang keadaan ini sangat baik untuk menerangkan
(menjelaskan) sistem pengendalian khusus untuk sistim pengendalian multi input
output.
Suatu sistim pengendalian dapat
dianalisis dengan berbagai cara, diantaranya adalah menggunakan teori ruang
keadaan. Model matematik dan persamaan matematik dan persamaan matematik yang mendasari teori
ruang keadaan adalah bentuk persamaan dalam bentuk matrik. Untuk lebih jelasnya
bisa kita lihat bentuk umum persamaan ruang keadaan adalah seperti yang tertera
di bawah ini :
x = Ax + Bu
y = Cx
dengan :
x, x = variabel keadaan
A, B, C =
matriks keadaan
Y = output
u = input
Kestabilan
Kestabilan adalah karakter sistim yang
mampu meredam gangguan. Jadi kestabilan tidak hanya dimiliki oleh sistim
pengendalian saja namun juga dimiliki oleh sistim yang lain.
Suatu sistem pengendalian dikatakan
stabil bila akar – akar karakteristik dari polynomial karakteristiknya adalah
berharga negatif pada bagian nyata, sesuai dengan definisi yang terdapat dalam
teori ruang keadaan.
Metoda pencarian akar – akar
karakteristik dalam sistim pengendalian multi input multi output adalah dengan
menggunakan Eigen Value. Pencarian harga Eigen Value adalah dengan mengurai
dari matrik keadaan A yang dapat ditujukan sebagai berikut :
dengan
:
=
akar – akar karakteristik
I = matriks identitas
A = matriks keadaan
Keteramatan
Sistim dikatakan teramati sempurna jika
setiap keadaan awal dapat ditentukan dari pengamatan output selama selang waktu
terhingga. Oleh karena itu sistim teramati sempurna jika setiap transisi
keadaan akhirnya mempengaruhi setiap elemen vektor keluaran. Konsep keteramatan
berguna dalam menyelesaikan persoalan rekonstruksi variabel keadaan yang tidak
terukur.
Suatu sistim pengendalian dikatakan
teramati jika rank dari determinan matriks sama dengan jumlah baris atau lajur
matriks dibawah ini :
atau
mempunyai harga determinan tidak sama dengan nol.
Respon Dinamik
Suatu sistim pengendalian mempunyai
output yang biasa diamati tingkah lakunya atau dapat diamati penampilannya,
penampilan tersebut menggambarkan karakteristik sistim tersebut, selanjutnya
dapat diberi istilah penampilan dinamis sistim.
Respon dinamik adalah penampilan output
dengan masukan yang telah ditentukan.
Dari respon dinamik akan terlihat banyak
informasi, antara lain ; peak time, setting time, dan sebagainya.
Informasi-informasi dari penampilan
dinamis seperti setting time, peak time dan sebagainya tersebut adalah gambaran
nyata dari sistim pengendalian yang kita bahas.
Inti dari analisis dalam artikel ini
adalah perbandingan setting time yang diinginkan dengan hasil perancangan ulang
yang telah dilakukan, sehingga diharapkan muncul penampilan dinamis yang lebih
baik.
Analisis
Sistem control Suhu
Tahap analisis adalah tahap pencarian informasi
– informasi yang bisa kita dapatkan dari sistim pengendalian yang terdapat pada
sistem control dengan melaksanakan metode – metode sebagai berikut :
– Sistim fisik
– Blok diagram
– Model Matematika
– Matrix keadaan
Sistim Fisik
Sistim fisik sistim kontrol suhu yang
dirancang secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut : Proses dimulai
dengan pengisian tangki air yang akan dikontrol suhunya dengan satu liter air
yang bersuhu rendah atau bersuhu dibawah 70oC. Tangki air adalah plan yang akan
kita perlakukan suhunya, perlakuan suhu tersebut ada dua yaitu menaikkan suhu
dan menurunkan suhu. Kedua perlakuan suhu tersebut menggunakan cara yang
berbeda; saat menaikkan suhu dilakukan dengan pemanasan air yang nantinya
menggunakan pengaktifan heater dan menurunkan suhu dengan cara tidak
mengaktifkan heater. Tugas utama yang
akan kita lakukan disini adalah mengontrol suhu yaitu mengendalikan suhu
air terjaga pada temperature tertentu sesuai dengan yang kita inginkan, dalam
hal ini diambil suatu contoh suhu 70oC; penentuan suhu ini biasanya
ditentukan dari kebutuhan plan yang ada di industri atau kebutuhan tertentu
yang lain. Proses selanjutnya adalah mengatur suhu air menurut keinginan kita,
dalam hal ini mengatur suhu 70oC sebagai contoh. Mekanisme
pengaturan suhu di sini banyak sekali dinamikanya sehingga diperlukan teori
control untuk menerangkannya, dalam hal ini salah satu dari sekian banyak
metode control digunakan control tipe on-off. Tipe on-off bekerja dengan cara
mengaktifkan heater sampai suhu air mencapai suhu 70oC, saat proses
pemanasan air sampai mencapai suhu 70oC, secara bersamaan sensor
suhu juga mengalami pemanasan dan merasakan kenaikan suhu, dalam hal ini
ditandai oleh sifat termometrik sensor. Pemilihan jenis sensor memerlukan
pertimbangan tertentu sehingga diputuskan oleh penulis untuk memilih salah satu
diantaranya adalah memilih sensor koefisien muai panjang aluminium sebagai
sifat termometrisnya. Cara kerja sensor ini adalah sensor ini akan bertambah
panjang saat dikenai panas atau saat terjadi kenaikan suhu. Dari sifat muai
panjang ini, kita dapat mengimplementasikannya sebagai kontrolernya seperti
apa? Mekanismenya adalah menghubungkan ketiga variable yaitu suhu yang
diinginkan 70oC, muai panjang aluminium dan saklar pengatur pengaktifan dan penonaktifan heater menjadi
suatu kerja sama yang harmonis untuk menjaga agar temperatur air tetap terjaga
pada suhu 70oC. Cara yang paling sederhana untuk menjaga suhu tepat
70oC adalah mematikan heater pada suhu 70oC secara
otomatis oleh saklar dimana saklar digerakkan oleh sensor pertambahan panjang
aluminium dimana pertambahan panjang aluminium ini diatur agar pada saat suhu
tercapai 70oC panjang aluminium tersebut sudah mencukupi untuk
menggerakkan saklar untuk mematikan heater. Mekanisme gerakan aluminium ini
adalah dorongan yang bisa memutus sambungan rangkaian listrik sehingga bisa
mematikan heater. Proses selanjutnya setelah heater tidak aktif adalah suhu air
akan turun dan dorongan aluminium akan mengendor sehingga proses selanjutnya
adalah saklar akan menyambung lagi sehingga heater akan on dan suhu akan naik
lagi sampai batas 70oC sehingga terjadi siklus kedua, ketiga dan
seterusnya proses pengaturan suhu.
Gambaran plan yang sebenarnya dapat
dilihat dibawah ini.
Gambar 2.
Sistim Pengendalian control suhu
Blok Diagram
Fungsional
Dari
sistim fisik yang terdapat pada sub bab diatas maka dapat dibuat blok fungsi
sebagai berikut :
Dengan keterangan sebagai berikut :
– Contoller = Berupa mekanisme sensor muai panjang aluminum
yang mendorong saklar.
– Heater = Gambaran plan
– Sensor = Muai panjang aluminium
Gambar
3. Blok fungsi sistem pengendalian umpan tanur putar
Blok diagram diatas menunjukkan sistim
pengendalian dengan input dan output, dengan input – inpu set point suhu 70oC
dan hasil suhu 70oC.
Blok Diagram
Blok diagram adalah bentuk fungsi dengan
blok matematik.
Blok diagram adalah sangat penting. Dari
sini sudah dapat diinterpretasikan bagaimana bentuk blok matematik yang
sebenarnya yang nantinya bisa dirubah ke dalam matrik keadaan.
Sesuai dengan yang terlihat pada blok
fungsi maka dapat dijelaskan beberapa simbol:
Controller
= Gc1
Komponen
lainnya =
Sehingga
gabungan variasi komponen tersebut adalah berikut Blok diagram sistem control
suhu.
Gambar
4. Blok diagram sistim control suhu
Keterangan dari gambar blok diagram
sistim control suhu dapat diketahui secara jelas dari penjabaran pada bagian
ini.
Dari
data – data fisik dapat dihitung harga gain controller demikian :
Gain
=
= 6
Gain
Heater dan time konstan dapat dihitung sebagai berikut :
Gain =
=
= detik
Gambar
5. Transfer Function heater
Gain controller dan time constan untuk
sensor yang terpasang pada sistim ini adalah sebagai berikut :
Gain =
= 0,16
=
=
= 2,58 detik
Dapat digambarkan secara umum
Gambar
6. Transfer function sensor
Sehingga secara umum dapat dibuat blok
diagram model matematik secara umum adalah berikut ini
:
Gambar
7. Model matematika sistim control suhu
Dari blok diagram ini kita sampaikan
variabel – variabel keadaan ; x1, x2 kita tempatkan simbol – simbol input ; u1
serta simbol-simbol tersebut akan digunakan lebih lanjut dalam analisis ini
dalam pembentukan matrix keadaan.
Matrix keadaan adalah identik dengan
sistim fisik sebenarnya yang bisa digambarkan dibawah ini sehingga dari hasil
matrik ini bisa didapat informasi-informasi lebih lanjut yang sangat penting
dalam analistis maupun perancangan ulang.
Matrik
Keadaan
Dari
sub bab model matematika diatas didapat persamaan dalam bentuk :
X = X + U
Y = X
Penurunan
persamaan matrix keadaan adalah sebagai berikut :
X1 = 0,63
X1 + 2,58 X2
X2 = Y +
6U
Persamaan diatas merupakan keadaan awal
untuk menentukan apakah suatu sistim stabil atau tidak.
Dari penurunan persamaan keadaan tersebut
diatas dapat dibentuk matrix keadaan dalam A, B dan C berikut dibawah ini :
Bentuk
matrik keadaan
A
=
Matrik keadaan A adalah matrik yang
menggambarkan keadaan sistim fisik sistim pengendalian umpan tanur putar di PT.
SEMEN GRESIK (PERSERO) khususnya mengenai kestabilan sistim.
Matrik
kontrol B
B
=
Matrik untuk signal keluaran adalah
dilambangkan berikut
C
=
Dari hasil-hasil matrik yang kita
dapatkan, pengerjaan selanjutnya adalah memasukkan menyiapkan (store)
matrik-matrik tersebut sebagai masukan dari program komputer.
Proses selanjutnya adalah analisis dengan
proses komputer untuk memperoleh informasi tentang kestabilan, keteramatan,
keterkendalian dan respon dinamis dari sistim yang sudah terwakili oleh matriks
keadaan A, B, dan C.
Pembahasan
Penghitungan kestabilan dapat dilihat
dari jenis kontroler yang digunakan. Dalam artikel ini digunakan tipe on-off
dimana didapatkan kestabilan dengan rentang waktu 1,5 jam. Penghitungan
keteramatan dan keterkendalian system bisa dilihat dari pemakaian matriks dalam
bentuk input.
FLOW CHART
Keteramatan
Program yang
bisa kita amati pada program dan flowchart di bawah ini nampak bahwa system
teramati dan terkendali.
Flow chart adalah diagram alir dari
program komputer. Dari flow chart diperoleh gambaran secara global dan dapat
ditelusuri algoritma-algoritma yang berlaku pada program komputer.
Flow chart untuk kestabilan dapat
diterangkan sebagai berikut :
– Proses pertama adalah mulai. Eksekusi
program mulai dijalankan.
– Proses kedua adalah penyiapan variabel –
variabel yang akan dieksekusi dalam hal ini variabel – variabel yang disiapkan
adalah orde matrik A.
– Proses ketiga adalah decision, untuk
menanyakan berapakah harga variabel ‘det’, jika variasi det = 0 maka proses
akan menghitung determinan matrik keadaan A.
– Proses keempat adalah decision, untuk
menanyakan berapakah harga ‘inv’, jika inv = 0 maka proses dilanjutkan dengan
menghitung invers matrik keadaan A, dalam hal ini yang menghitung invers matrik
adalah sub program SIMEQ.
– Proses kelima adalah decision untuk
menanyakan berapakah harga ‘err’, jika harga err = 0 maka proses dilanjutkan dengan penghitungan
resolvent matrik dan akar-akar karakteristik dalam bentuk eigen value. Dalam
hal ini proses dilakukan oleh sub program CHREQ dan sub program PROOT.
– Proses terakhir adalah decision, untuk
menanyakan berapakah harga ‘stm’, jika harga stm = 0 maka proses dilanjutkan
dengan penghitungan matrik transisi dalam hal proses dilakukan oleh sub program
STMST.
– Selesai.
Flow
chart untuk program keteramatan adalah sebagai berikut :
– Proses pertama adalah mulai.
– Proses kedua adalah penyiapan variabel –
variabel. Dalam hal ini adalah orde matrik, matrik A dan matrik C.
– Proses dilanjutkan dengan penghitungan
rank matrik, dalam hal ini proses dilakukan oleh sub program HERMIT.
– Proses dilanjutkan oleh sub program MULT
untuk mengalihkan matrik A dan C.
– Selesai.
Percobaan dan
Analisis Data
Pada bab ini akan dibahas perancangan dan
pembuatan alat, dimana pembuatan alat dibagi 2 yaitu controller dan pemasak air
(heater). Pemasak air (heater) tidak dibuat disini namun alat kontrol tetap
dibuat seperti terlihat pada gambar 3.
Gambar
8. Perancangan alat cara kerja controller
Bagian sensor yang terbuat dari aluminium
bagian kaki akan tercakup pada pemanas air sehingga dengan bertambahnya suhu
akan membuat aluminium memuai sehingga mendorong jarum saklar. Kondisi ini
dibuat agar saat suhu 70oC maka dorongan saklar ke jarum akan
membuat saklar terpanas sehingga heater akan berhenti memanaskan air sampai
suhu turun dari 70oC.
Begitu suhu turun dari 70oC
maka sensor aluminium akan menyusut lagi sehingga saklar akan tertutup
(tersambung lagi). Hal ini akan terus menerus secara otomatis pada kondisi
ON-OFF.
Pada percobaan dilakukan pemanasan air
sebanyak 2 liter yang diisikan pada heater yang menghasilkan data. Data yang
akan dianalisis urutan percobaan dikerjakan teliti dan serapi mungkin untuk
mendapatkan hasil yang tepat sehingga membentuk pemahaman kita tentang perilaku
sistem kontrol yang sudah dijabarkan pada teori dasar sistem kontrol. Urutan
pekerjaan yang mempertimbangkan tujuan pemahaman sistem kontrol tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Pembuatan alat kontrol
2. Persiapan percobaan
– Menyiapkan
air dingin 2 liter ke dalam heater.
– Mengatur
peralatan percobaan sehingga mudah diamati.
3. Pelaksanaan percobaan.
4. Pengamatan
5. Analisis perbandingan antara teori dan
praktek.
Keterangan 1 :
Pembuatan alat kontrol kegiatan
merangkai sensor (aluminium), jarum saklar dan pengkabelan menuju heater.
Hal
yang perlu diperhatikan disini ada dua yaitu sistem mekanik dan sistem listrik
dan rangkaian mekanik harus kokoh tidak goyang sedangkan listrik harus kuat
terutama penampilan kabel ke jarum saklar dan tiang penyangga saklar semuanya
harus dibuat serapi mungkin.
Keterangan 2 :
Persiapan percobaan adalah menyediakan
air dua liter kedalam heater dan menyambung pengkabelan kerapian sehingga
memudahkan kita untuk mengamati percobaan tanpa diganggu oleh tidak bekerjanya
alat dengan baik.
Keterangan 3
dan 4 : Pelaksanaan percobaan dilakukan
dengan cermat dan percobaan dilakukan selama dua kali dan dihasilkan pengamatan
dengan seksama untuk memperoleh hasil optimal.
Keterangan 5 :
Hal terpenting dari analisis adalah membandingkan teori dengan praktek yang
telah dilaksanakan seperti dikatakan pada teori dasar bahwa sistem kontrol akan
mencapai dan mempertahankan suhu 70oC. Pada praktikum suhu 70oC
bisa dicapai selama rentang waktu sekitar 1,5 jam dan suhu akan turun menjadi
40oC selama sekitar 1,4 jam. Begitu seterusnya keadaan ini terjadi.
No
|
Akhir Suhu
|
Waktu
|
1
|
70oC
|
1,5 jam
|
2
|
40oC
|
1,4 jam
|
3
|
70oC
|
1,51 jam
|
4
|
40oC
|
1,42 jam
|
Dari hasil ini didapat data rentang suhu
tinggi 70oC dan suhu rendah 40oC hasil ini menunjukkan rentang yang
cukup jauh dan waktu 1 siklus berkisar 1,5 + 1,4 = 2,9 jam ini juga rentang
yang cukup lama. Kedua hasil diatas menunjukkan rentang yang jauh dibanding
dengan kontroler berbasis listrik yang mempunyai rentang lebih pendek 10%
terhadap rancangan berbasis koefisien muai panjang aluminium ini.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Rancangan alat kontrol berbasis koefisien
muai panjang aluminium sudah bisa mengatur kondisi suhu yang diinginkan 70oC
dengan rentang.
* 40oC – 70oC
* Waktu 1,4 jam s/d 1,5 jam
Rancangan alat ini sudah bisa membantu
pemahaman tentang sistem kontrol dan dapat dibuat dengan harga terjangkau.
SARAN
Rentang suhu dan waktu yang cukup tinggi
ini bisa diperbaiki dengan memperpendek rentang dengan cara :
– Akurasi engsel
– Ketegangan saklar dipertinggi
– Mengganti basis dengan basis elektronika.
DAFTAR PUSTAKA
Ogata,
Teknik Kontrol Automatric, Erlangga,
Jakarta, 1997.
Higdon,
D. T and R. H Cannon, Jr. “On the Control
of Unstable Multiple – Output Mechanical System�, ASME Paper No. 63 – Wa
148, 1963.
Kalman,
R. E., “When is a Linear Control System Optimal?� ASME J. Basic Engineering, ser. D, 86 (1964), pp 596 – 600.
LaSalle,
P.P and S. Lefshetz, Stability by Liapunov’s
Direct Method with Applicanous. New York : Academic Press, Inc, 1961.
Melbourne,
W. G. and C. G Sauer, Jr. “Optimum Interplanetary Rendezvous with Power –
Limited Vehicles, AIAA I, 1 (1963), PP. 54 – 60.