KEKERASAN NEGARA PADA WARGA DALAM NOVEL LAMPUKI KARMA ARAFAT NUR

Oleh : Eko Cahyo Prawoto, S1 – Pendidikan Bahasa Indonesia

Novel Lampuki Karya Arafat Nur sangat menarik untuk dikaji dengan menggunakan teori totalitarian, kekerasan kultural, dan kekerasan simbolik, karena kisah yang terepresentasikan dalam novel tersebut merupakan kecamuk yang pemah terjadi di bumf Aceh, banyak sekali kekerasan yang mengarah pada pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara maupun aparatnya. Oleh karena itu, dan pengkajian novel Lampuki dapat diketahui bentuk kekerasan fisik, kekerasan kultural, dan kekerasan simbolik. Di samping faktor tersebut, novel Lampuki dipilih untuk dilakukan pengkajian, kerena sepengetahuan peneliti novel tersebut belum pernah dikaji dan segi sosiologi sastra khususnya tindak kekerasan negara.
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah, bagaimana bentuk kekerasan fisik, kekerasan kultural, dan kekerasan simbolik, yang dilakukan negara pada warga? Berkaitan dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kekerasan fisik, kekerasan kultural, dan kekerasan simbolik, yang dilakukan oleh negara dalam novel Lampuki karya Arafat Nur.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi sastra dengan menggunakan teori totalitarianism, kekerasan kultural, dan kekerasan simbolik. Data dalam penelitian ini berupa data deskriptif yaitu kalimat maupun paragraf tentang kekerasan, meliputi, kekerasan fisik, kekerasan kultural, dan kekerasan simbolik. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Lampuki karya Arafat Nur, yang memiliki cover berwarna merah, dan di bagian cover depan tergambar sesosok pria berkumis tebal yang sedang membawa senjata api. Novel tersebut memiliki 434 halaman, yang diterbitkan pada bulan mei 2011. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah catatan tertulis yang isinya merupakan setiap pernyataan yang tetulis yang disusun untuk keperluan pengujian atau menyajikan akunting, dan berguna bagi sumber data, bukti, infonnasi, kealamianya yang sukar diperoleh, sukar ditemukan dan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatau yang diteliti. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitaian ini adalah metode kualiatatif deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, kekerasan secara fisik sangat mendominasi, dibandingkan dengan kekerasan kultural dan kekerasan simbolik, yang dilakukan negara maupun aparatnya. Hal ini membuktikan, bahwa pemerintahan pada masa Orde Barn memiliki ruang tanpa Batas dalam mengatur segala permasalahan dengan tujuan berjalannya mekanisme-mekanisme politik, yang sudah ditetapkan.

 

PDF

THE GRAMMATICAL AND ACCEPTABLE USE OF PRESENT PARTICIPLE VERB-ING AS INTRODUCTORY VERBAL MODIFIERS (IN COMPARISON WITH PERAPATAN KALIMAT MAJEMUK TAKSETARAYANG BERUNSUR SAMA)

Oleh : Wahju Bandjarjani, Sri Budi Astuti, S1 – Pendidikan Bahasa Indonesia

This paper discusses the grammatical and acceptable use of Present Participle Verb — ing as Introductory Verbal Modifiers which are similar to the use of Perapatan Kalimat Majemuk Taksetara yang Berunsur Sama in Bahasa Indonesia. Indonesian learners of English often use the Introductory Verbal Modifiers ungrammatically or illogically. Surprisingly, they also do the same with the similar grammar in constructing PerapatanKalimailidajemukTaksetara yang BerunsurSamain Bahasa Indonesia. This paper presents some insights how to solve the problems.

PDF

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA SISWA KELAS VB SDN MENANGGAL SURABAYA MELALUI PENERAPAN METODE KOJIBAMA BERBANTUAN VCD

Oleh : Agung Pramujiono, S1 – Pendidikan Bahasa Indonesia (pram4014@yahoo.com )

This study aims to improve the ability to appreciate the story took off SDN Student VB Class Surabaya through the application of Kojibama method assissted VCD. This research is a class act with two cycles. The subject of this study is the VB-grade students of SDN Surabaya took off the school year 2009/2010. Data collected using the appreciation of the story tests, questionnaires, and observations were then analyzed with descriptive techniques. Based on analysis of data known to an increase in the average value of the class. The average value of 67.9 at pre treatment, the cycle I amounting to 71.9, while in the second cycle of 84.3. In cycle II is no longer any students who scored less than the standard minimum exhaustiveness (70) are implemented in SDN took off Surabaya. The observations also indicate a change in student behavior to a more positive direction. It looks at the increasing percentage of attention, activity, and earnestness of students while attending the learning process. It is proved that the application of model-assisted Kojibama VCD impressions can help improve students’ ability to appreciate the story took off SDN VB class.

PDF

STANDARDISASI PENULISAN RESEP MASAKAN DENGAN MENGUNAKAN BAHASA INDONESIA

Oleh : Susilowati, S1 – Pendidikan Bahasa Indonesia (diana_evawati@yahoo.com)

Pengetahuan resep dan menu, mutlak diperlukan dalam menghasilkan beraneka ragam jenis masakan karena resep dan menu memuat informasi yang sangat penting dalam merencanakan dan melaksanakan pengolahan makanan. Resep memuat petunjuk — petunjuk tentang apa yang akan dibuat, bahan apa yang dibutuhkan, berapa banyak bahan yang diperlukan dan bagaimana prosedur kerjanya dalam mengolah suatu hidangan. Namun demikian, resep masakan yang ada terkadang tidak dapat dipraktikkan dalam pengolahan hidangan karena penulisan sistematik resep, ukuran dan tata cara pengolahannya tidal( jelas. Resep yang tidak standar akan menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dalam memahami resep yang dihasilkan. Resep yang tidak standar akan menyulitkan dalam memahami prosedur pengolahan yang dimaksud sehingga hasil masakan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pembuat resep.
Resep adalah seperangkat instruksi yang memuat petunjuk untuk membuat suatu hidangan. Resep memberi petunjuk secara saksama dan tepat mengenai jumlah bahan, cara mencampur, mengolah dan prosedur kerja untuk suatu hidangan, supaya kita dapat melakukan hal yang sama seperti yang diinginkan oleh resep tersebut. Di samping itu, resep juga merupakan cara untuk menerapkan teknik — teknik dasar bahan yang spesifik.
Standardisasi penulisan resep masakan dengan mengunakan Bahasa Indonesia memungkinkan pesan resep dapat tersampaikan dengan baik dan tidak terjadi kesalahan penentuan bahan, proses pengolahan dan hasil masakan yang dihidangkan. Standardisasi penulisan resep sangat bertujuan memberikan instruksi prosedur pengolahan masakan yang sangat berguna bagi orang yang belajar memasak khususnya siswa dan mahasiswa tata boga atau masyarakat yang bemiinat di bidang kuliner.

PDF

 

POSTCOLONIALISM APPROACH A LITERARY ANALYSIS IN Orhan Phamuk’s Snow

Oleh : Dra. Hj. Siyaswati, M.Pd., S1 – Pendidikan Bahasa Indonesia (siyasw@yahoo.com)

The purpose of this paper is to reveal the postcolonialism approach a literary study in Snow by Orhan Phamuk. The theories of postcolonialism and its function in literature critic will be discussed in detail. “Snow” is a novel which takes place in the border city of Kars and explores the conflict between Islamism, Westernism, poverty and headscarf ban in modem Turkey. It also explored vast trajectories of history, art, culture, the persistence of memory and tradition in their everyday lives and the poignancy and beauty of the human experience.

PDF

PENERAPAN METODE BERCERITA DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN KARAKTER PESERTA DIDIK USIA DINI

Oleh : A. Fachrurrazi, S1 – Pendidikan Bahasa Indonesia

Kegiatan bercerita pada anak dapat dipandang penting karena memberikan dampak positif pada anak. Dengan bercerita anak dapat berbagi dan menciptakan pengalaman bersama, mengembangkan kemampuan anak dalam menafsirkan peristiwa yang ada di luar pengalaman langsungnya. Melalui cerita-cerita yang disampaikan, pernahaman anak tentang dunia dapat diperluas dalam atmosfer yang penuh cinta dengan cara yang aman. Dengan cerita pula anak tidak perlu mengalami sendiri kejadian-kejadian berbahaya untuk memahami adanya bahaya. Anak tidak perlu mengalami penderitaan untuk memahami adanya penderitaan dan tokoh cerita. Bahkan dengan kegiatan bercrita anak dapat memahami apa itu kebahagiaan dan bagaimana mencapainya, lalu memproyeksikan pemahamannya itu ke masa depan dan bergerak mencapainya di kemudian hari.Kegiatan bercerita juga bermanfaat dalam hal menarik minat dan perhatian murid, melatih pemahaman, perluasan perbendaharaan kata dan tatabahasa, serta dapat meningkatkan penguasaan keterampilan murid dalam mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis, dan mengembangkan imajinasi. Bercerita dapat membantu murid untuk melatih imajinasi dan ketreampilan berbahasa melalui aktivitas menceritakan kembali. Murid juga dapat mengembangkan episode-episode atau versi¬versi baru dengan gambaran dan imajinasi berdasarkan cerita aslinya

PDF

PENERAPAN METODE PROYEK DALAM OVER-EXTENSION DAN UNDER EXTENSION: UPAYA AWAL BAGI AUD UNTUK MERESPON SITUASI GLOBAL

Oleh : Rahayu Pujiastuti, S1 – Pendidikan Bahasa Indonesia (rahayupujiastuti30@vahoo. co. id)

Pembelajaran bahasa Indonesia pada anak usia dini bertujuan agar dapat menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Melalui sikap positif tersebut diharapkan dapat menjadi dasar bagi anak usia dini untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Hal tersebut disebabkan aspek bahasa tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan untuk berbahasa (berkomunikasi), tetapi juga memenuhi kebutuhan sosial emosional serta indikator perkembangan kognitif anak usia dini.
Kenyataannya, pada pembelajaran anak usia dini di kelompok bermain (play group) yang dimulai pada tahap telegrafis suing dijumpai masalah, salah satunya perluasan makna kata (over-extension) dan penyempitan makna kata (under-extension). Kedua hal tersebut tidak hanya menjadi kendala untuk pencapaian tujuan pembelajaran pada anak usia dini, tetapi juga kendala pada pemerolehan semantis anak. Padahal, makna sangat penting untuk memahami pesan atau maksud ketika berkomunikasi dalam berbagai situasi.
Metode proyek dirasa dapat dijadikan solusi altematif untuk meminimalkan kedua masalah tersebut. Selain dapat dirancang sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan anak serta menyenangkan, metode proyek merupakan kegiatan yang memungkinkan terjadinya interaksi linguistik sehingga memfasilitasi anak untuk memperoleh pengetahuan bahasa yang dapat berguna bagi perkembangan bahasanya. Melalui metode proyek diharapkan anak lebih banyak mendapat pajanan pada benda¬benda yang ada di sekitarnya sehingga dapat memahami fitur semantis kata dan akhimya dapat melakukan performansi secara tepat.

PDF

ANALISIS FORMULA PAGELARAN WAYANG KULIT DALAM LAKON WAHYU MUSTIKA AJI DALANG KI. PANUT SOSRODARMOKO

Oleh : Pana Pramulia, S1 – Pendidikan Bahasa Indonesia (panapramulia@gmail.PDFcom)

Wayang kulit is an art of doll made from skin, came from Java, played by dalang with music of gamelan as a musical instrument. Wayang kulit show presented by cooperation of dalang, nayaga, pesinden, and penggerong. The art of wayang is an intc.resting show, the form and the show itself. Wayang kulit show is a guidance of life (preaching). Usually, the preaching presented as a pasemon or symbol. But somehow, behind all of the show there’s a meaning of life. The art in wayang kulit is a dominant element, but when we look deeper into it, we will find an important education in a human life. So that is why, someone could only see those values, depends on their own abilities to absorb and appreciate it.
The show that has Hinduism background and Javanese culture is identical with repetition by the dalang. The experts believed that the spoken discourse tradition that the dalang showed is came from the characteristic formula in the spoken pattern.
The repetition came from suluk, scene, laras, and pathetan. So that is why, formula theory is needed to absorb this Javanese culture. The formula itself is line, word, and sentence that used to start the show.
The formula is defined by Lord : “a group of word which is regularly employed under the same matrical conditions to express a given essential idea” (Teeuw, 1988:298).
This research is using a qualitative research method to reveal any qualitative information. Data is obtained using a transcript, where data inside vcd is copied into laptop to switch the spoken discourse into article.
In discussion, researcher gave repetition data. Conclusion and suggestion is given so that the purposes of this research can be accepted and can be something to learn.

PDF

SASTRA INDONESIA DAN PERTARUNGAN IDEOLOGI

Oleh : Dr. A Shoim Anwar, M.Pd, S1 – Pendidikan Bahasa Indonesia

Karya sastra Indonesia berkembang sesuai dengan kondisi zaman. Bila zaman ibarat rel, pengarang adalah lokomotif yang menarik rangkaian gerbong karya sastra yang ada di belakangnya. Gerbong-gerbong ini ikut mengalir ke mana lokomotif itu melaju. Pengarang sebagai produsen dan pembaca sebagai konsumen adalah produk zaman yang dibentuk oleh kondisi sosial yang dilewatinya. Ini adalah sebuah medan sosiologis karya sastra. Karya sastra dapat ditempatkan sebagai dunia bayang-bayang, miniatur, atau ekor yang turut melaju bersama lokomotif zaman. Karya sasira adalah sarana untuk mengungkapkan berbagai permasalahan dalam kehidupan, di samping fungsi-fungsi lainnya Semakin kompleks permasalahan dalam kehidupan, semakin kompleks pula fungsi dan muatan karya sastra. Karya sastra merupakan narasi “yang menyingkap dan sekaligus menyembunyilcan dunia” (Sarup, 1993:282). Konsep angkatan yang digagas oleh H.B. Jassin dan diteruskan oleh Korrie Layun Rampan, atau periodesasi oleh Ajip Rosidi, juga mengacu pada pengelompokan karya sastra yang punya kaitan dengan kondisi sosial tertentu

PDF

MEMBANGUN KARAKTER BERBASIS CERITA

Oleh : Rarasaning Satianingsih, Lydia Lia Prayitno, S1 – Pendidikan Bahasa Indonesia

Penanaman nilai, moral, dan norma dalam upaya pembentukan karakter hares dilaksanakan sejak dini. Pendidikan karakter tidak hanya untuk membangun karakter pribadi berbasis kemuliaan semata, tetapi secara bersamaan juga bertujuan membangun karakter kemuliaan sebagai bangsa, yang bertumpu pada kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa dan negara. Melalui pendidikan diharapkan pelaksanaan pendidikan karakter dapat terlaksana dengan optimal, sistematis, dan simultan.
Banyak langkah yang dapat dilakukan dalam menanamkan nilai, moral, dan norma sebagai upaya pembentukan karakter melalui pendidikan di sekolah. Salah satu cara pembentukan karakter di sekolah dapat dilakukan melalui media cerita. Melalui cerita (terutama cerita rakyat), anak akan mendapatkan pesan moral yang bernilai positif dan disampaikan secara implisit. Sehingga pesan yang disampaikan melalui cerita secara tidak langsimg akan membentuk karakter generasi.
Pada umumnya cerita rakyat merupakan budaya yang sudah dikenal secara turun temurun, serta mengandung nilai-nilai yang baik maupun yang buruk. Melalui media cerita rakyat siswa menginternalisasi juga mengeksternalisasi nilai-nilai claim kehidupannya, sehingga nilai-nilai yang baik dapat dijadikan sun tauladan sedangkan nilai-nilai yang buruk dapat dihindari oleh siswa.

PDF

1 2