Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Pembelajaran Matematika Dengan Tugas Pengajuan Soal (Problem Possing) Pokok Bahasan Logaritma Pada siswa Kelas X AK1 SMK Dr. Soetomo Surabaya
PROSIDING || Seminar Nasional Matematika || Matematika dan Pembelajarannya Menyongsong Kurikulum 2013 1 Juni 2013 || ISBN: 978-979-8559-37-2 Penerbit : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Penulis 1: Nurul Hidayati Penulis 2: Erlin Ladyawati
VERSI CETAK/ASLI
Abstrak
Kemampuan berfikir kreatif dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika. Salah satu pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan berfikir kreatif siswa adalah pembelajaran dengan tugas pengajuan soal (problem possing), dengan tugas pengajuan soal siswa dilatih untuk menghubungkan dan mengaitkan informasi yang satu dengan yang lain. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas,penelitian tindakan kelas ini dengan subjek penelitian siswa kelas X-AK1 SMK Dr.Soetomo Surabaya yang berjumlah 46 siswa. Dari penelitian tersebut dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar dari prasiklus sampai dengan siklus 2. Dimana hasil analisis data hasil belajar siswa prasiklus menunjukkan ketuntasan belajar secara klasikal 21,74% siswa tuntas belajar. Sedangkan hasil analisis pada siklus 1 Tes Berfikir Kreatif (TBK) menunjukkan ketuntasan hasil belajar secara klasikal 63,04% siswa tuntas belajar. Dalam penelitian ini belum mencapai ketuntasan hasil belajar secara klasikal yang ditetapkan sekolah yaitu > 85%,sehingga akan diulangi disiklus 2. Dari hasil analisis data pada siklus 2 menunjukkan ketuntasan hasil belajar secara klasikal 91,30%. Data tes hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pengajuan soal (Problem possing) mencapai ketuntasan secara klasikal karena sebesar 91,30% siswa tuntas belajar. Dari hasil penelitian tersebut, saran yang dapat diungkapkan peneliti adalah pembelajaran dengan tugas pengajuan soal (problem possing) dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika dengan lebih menekankan membuat soal dengan informasi tambahan.
Kata Kunci: Berpikir kreatif, Pembelajaran dengan tugas pengajuan soal.
PENDAHULUAN
Diera globalisasi saat ini pendidikan sangatlah penting bagi negara, karena pendidikan berpengaruh pada maju mundurnya suatu bangsa. Dengan pendidikan diharapkan akan ada generasi yang berkualitas dan secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) mendefinisikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan harapan tersebut adalah dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Pelaksanaan pembelajaran matematika yang dikehendaki KTSP adalah pembelajaran yang diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif baik fisik, mental, maupun sosial untuk memahami konsep-konsep matematika, Peraturan Menteri No 22 tahun 2006 (dalam Syahrul, 2011:1) menjelaskan bahwa pembelajaran matematikadiharapkan akan dapat memberi bekal pada siswa untuk dapat memilik ikemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan kemampuan untuk berkerja sama secara efektif. Sekarang ini mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis maupun berkerja sama sudah diterapkan pendidik matematika dikelas, tetapi fokus dan perhatian pada upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika jarang atau tidak pernah dikembangkan.
Kemampuan berpikir kreatif sangatlah penting karena kemampuan berfikir kreatif diperlukan untuk mengelola dan memanfaatkan informasi yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Oleh karena itu, perlu suatu pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan tersebut. Salah satunya adalah pembelajaran yang menekankan pada tugas pengajuan soal (problem possing). Pengajuan soal (problem possing) akan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang sedang dipelajari.
Pada kegiatan pengajuan soal (problem possing), siswa diminta untuk membuat atau mengajukan soal (problem possing) dari situasi-situasi yang diberikan. Situasi dapat berupa gambar, cerita atau informasi lain yang berkaitan dengan materi pelajaran. Ketika membuat soal (problem possing) berdasarkan situasi yang tersedia, siswa terlibat secara aktif dalam pelajaran karena siswa akan membuat soal sendiri dan menyelesaikan soal yang telah mereka buat. Pembelajaran dengan mengajukan soal (problem possing) melatih siswa untuk menghubungkan dan mengaitkan informasi satu dengan yang lain. Menghubungkan dan mengaitkan informasi satu dengan yang lain merupakan ciri berpikir kreatif.
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa, penulis berkeinginan untuk mengadakan penelitian dengan menerapkan pembelajaran matematikadengan tugas pengajuan soal (problem possing). Pembelajaran matematika dengan tugas pengajuan soal (problem possing) diharapkan dapat memotivasi siswa lebih aktif dan dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Pembelajaran Matematika Dengan Tugas Pengajuan Soal (Problem Possing) Pokok Bahasan Logaritma Pada Siswa Kelas X-AK1 SMK Dr.Soetomo Surabaya”.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain adalah sebagai berikut:
- Penelitian hanya dilakukan pada siswa kelas X-AK1 SMK Dr.Soetomo Surabaya.
- Dalam penelitian ini penulis menggunakan pembelajaran matematika dengan tugas pengajuan soal (problem possing) pada sub pokok bahasan
- Perangkat yang digunakan tidak dilakukan diujicoba, namun dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru yang mengajar di kelas X-AK1 SMK Soetomo Surabaya.
Berdasarkan latar belakang, ruang lingkup dan pembatasan masalah maka fokus penelitian yang peneliti ajukan adalah:
- Bagaiamana tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan tugas pengajuan soal (problem possing) ?
- Bagaimana kentuntasan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran matematika dengan tugas pengajuan soal (problem possing) ?
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai adalah:
- Untuk mengetahui meningkat atau tidaknya kemampuan berfikir kreatif siswa setelah diterapkannya pembelajaran matematika dengan tugas pengajuan
- Untuk mengetahui bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran matematika dengan tugas pengajuan
METODE
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan yang berfokus pada kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (PTK).
Model penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Arikunto (2007: 16) terdiri atas beberapa tahap yang merupakan satu daur atau siklus, yaitu:
- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Pengamatan
- Refleksi
|
Sebagaimana digambarkan dalam siklus di bawah ini:
Gambar 3.1 Siklus penelitian tindakan kelas (Arikunto, 2007: 16)
Berdasarkan siklus di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, materi ajar, lembar kerja siswa (LKS), dan alat evaluasi.
- Pelaksanaan
Pada tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas. Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan mengajar sesuai dengan perangkat yang telah disusun.
- Pengamatan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa menyelesaikan tugas pengajuan soal (problem possing) dan tes hasil belajar.
- Refleksi
Dari hasil pengamatan di atas, peneliti melakukan refleksi bahwa masih ada atau tidak siswa yang bisa mengajukan soal sekaligus penyelesaiannya. Berdasarkan pengamatan dari hasil tes yang dikerjakan siswa. Jika belum mengalami ketuntasan maka siklus dilanjutkan ke siklus berikutnya sampai mencapai ketuntasan klasikal. Tetapi jika pada siklus pertama sudah tuntas maka siklus dinyatakan selesai.
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006:231) metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger dan sebagainya.
- Metode Observasi
Menurut Arikunto (2008:30) menjelaskan Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
- Metode tes
Menurut Arikunto (2002:127) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
- Analisis data hasil tes
- Data hasil Tes Berpikir Kreatif
Sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SMK Dr.Soetomo yaitu ketuntasan siswa dalam belajar secara individu dikatakan tuntas apabila mencapai skor ≥ 75. Sedangkan ketuntasan siswa secara klasikal dapat dikatakan tuntas apabila secara keseluruhan siswa dalam kelas mencapai ketuntasan sebesar ≥ 85%.
Jadi, untuk menghitung ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal digunakan rumus:
KBK = Jumlah seluruh siswa yang tuntas
jumlah seluruh siswa
x 100%
Keterangan :
KBK : Ketuntasan Belajar Klasikal KBK ≥ 85% tuntas
KBK < 85% tidak tuntas
Dan dalam penelitian ini diharapkan tingkat kekreatifan siswa mencapai 80% siswa kreatif, untuk menghitung prosentase tingkat kreatif siswa menggunakan rumus:
%kreatif= 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢 ℎ𝑖 𝑥100%
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
- Hasil Penelitian
- Data dokumentasi hasil belajar siswa (prasiklus)
Dalam hal ini dokumen yang peneliti gunakan adalah data prestasi belajar siswa pra siklus atau data prestasi belajar siswa sebelum proses belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran dengan tugas pengajuan soal (problem possing), yaitu data nilai tes formatif pokok bahasan logaritma kelas X Akutansi 1 SMK Dr. Soetomo Surabaya Tahun Ajaran 20012-2013.
Tabel 1
Hasil analisis tes siswa sebelum tindakan (prasiklus)
No. | Uraian | Hasil Prasiklus |
1. | Prosentase belajar siswa secara klasikal | 21,74 % |
2. | Jumlah siswa yang tuntas | 10 |
3. | Jumlah siswa yang tidak tuntas | 46 |
Dari hasil analisis diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 65,61 dan ketuntasan belajar mencapai 21,74 % atau ada 10 siswa dari 46 siswa yang sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal belum mencapai ketuntasan, karena siswa yang memperoleh nilai ≥75 hanya sebesar 21,74 % lebih kecil dari prosentase yang dikehandaki yaitu sebesar 85 %.
- Siklus I
Dari data prasiklus diatas diketahui ketuntasan belaja rsecara klasikal belum tercapai sehingga peneliti menggunakan model pembelajaran dengan pengajuan tugas (problem possing) dimana data hasil analisis siklus 1 sebagai berikut: hasil analisis data kemampuan berpikir kreatif diketahui bahwa persentase siswa yang sangat kreatif 6,52%, siswa kreatif 71,74% dan siswa tidak kreatif 21,74%.
Tabel 2
Hasil analisis tes siswa pada siklus 1
No. | Uraian | Hasil siklus 1 |
1. | Prosentase belajar siswa secara klasikal | 63,04% |
2. | Jumlah siswa yang tuntas | 29 |
3. | Jumlah siswa yang tidak tuntas | 17 |
- Siklus 2
Dari analisis data tes pada siklus 1 diketahui 63,04% dimana hasi ltersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan, sehingga akan dilakukan siklus 2 dengan perbaikan–perbaikan pada siklus
- Analisis data tes pada siklus 2 adalah sebagai berikut: hasil analisis data kemampuan berpikir kreatif diketahui bahwa persentase siswa yang sangat kreatif 6,52%, siswa kreatif 71,74% dan siswa tidak kreatif 21,74%.
Tabel 3
Hasil Analisis Tes Siswa Pada Siklus Il
No. | Uraian | Hasil siklus 2 |
1. | Prosentase belajar siswa secara klasikal | 91, 30% |
2. | Jumlah siswa yang tuntas | 42 |
3. | Jumlah siswa yang tidak tuntas | 4 |
Dari hasil analisis tes diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 88,87 dan ketuntasan belajar mencapai 91,30% atau ada 42 siswa dari 46 siswa yang sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal sudah mencapai ketuntasan, karena siswa yang memperoleh nilai ≥75sebesar 91,30% lebih besar dari prosentase yang dikehandaki yaitu sebesar 85%.
- Pembahasan
Dari penelitian dengan menggunakan model pembelajaran pengajuan soal (problem possing) pada materi logaritma dapat diketahui ketuntsan hasil belajar siswa meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari prosentase pada data dokumentase prasiklus yaitu 21,74% dan siklus 1 yaitu 63,04% dari hasil tersebut siswa belum dikatakan tuntas secara klasikal karena hasil tersebut < 85% sehingga akan dilanjutkan pada siklus 2 dengan perbaikan- perbaikan pada siklus sebelumnya , dimana hasil siklus 2 yaitu 91,30% siswa tuntas. Dari hasil tersebut siswa dikatakan tuntas secara klasikal karena sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu> 85%.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
- Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran pemberian tugas pengajuan soal (problem possing) kemampuan berfikir kreatif siswa
- Dengan pembelajaran pemberian tugas (problem possing) siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya
Berdasarkam simpulan diatas, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
- Pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berfikir kreatif yang salah satunya adalah melalui pengajuan soal dapat diterapkan di
- Guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode, walaupun dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat memperoleh pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang di hadapinya.
- Bagi sekolah, Pembelajaran problem possing perlu diterapkan dan terus dikembangkan pada pokok bahasan yang lain agar peserta didik mempunyai gambaran hubungan antara materi yang dipelajari dan berguna bagi kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suhardjono. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Rosda karya.
Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Hamalik, Umar. 2006. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hasibuan dan Moedjiono. 2008. Prose Belajar Menagajar. Bandung: Rosda Karya.
Hudojo, Herman. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika. Surabaya: Usaha Nasional.
Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendididkan. Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya.
Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Siswono, T.Y.E. 1999. 2008. Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Identifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan dan Mengajukan Masalh Matematika. Desertasi. Tidak Dipublikasikan. Surabaya: Pasca Sarjana Unesa.
Syahrul. 2011. Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Dengan Tugas Pengajuan Soal (problem possing). Skripsi. Tidak dipublikasikan. Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.
Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan Teoristis-Praktis Dan Implementasiya. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Tim Penyusun. 2009. Pedoman Penulisan Proposal Surabaya: Universitas PGRI Adi Buana Surabaya